widgeo.net

Jumat, 04 Februari 2011

Artikel

Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
          Amar ma’ruf nahyi munkar atau lebih dikenal dengan menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran berasal dari Al Amr (menurut ahli Ushul) yang artinya tuntutan suatu perbuatan dari yang lebih tinggi derajatnya, untuk meminta bawahannya mengerjakan pekerjaan yang tidak boleh ditolak. Sedangkan nahyi menurut ahli Ushul adalah tuntutan untuk meninggalkan sesuatu atau biasa disebut larangan (man’un). Sehingga dapat disimpulkan bahwa amar ma’ruf nahyi munkar adalah tuntutan atau kewajiban yang harus dilaksanakan segala kebaikan yang berdasar kepada aturan Allah SWT. Atau dapat pula diartikan perintah yang diberikan oleh yang lebih tinggi derajatnya yaitu Allah SWT. dengan meninggalkan dan mencegah segala laranganNya. Sehingga kita sebagai umatnya harus dapat beramar ma’ruf nahyi munkar, sebab Allah begitu tegas memerintahkannya dengan tujuan agar orang-orang yang jahat tidak dapat menguasai orang-orang yang baik, seperti sabda Rosulullah SAW. :
“Hendaklah Kalian benar-benar menyuruh kepada yang ma’ruf dan benar- benar mencegah dari yang munkar, atau benar-benar Allah akan menjadikan orang-orang yang jahat diantara kalian berkuasa atas orang-orang yang baik diantara kalian, lalu do’a mereka pun tidak akan dikabulkan.” (Diriwayatkan Ibnu Ady, At-tirmidzi dan Al-Baghawy)

Artikel


Al Qur’an dan Pendidikan
Berbicara tentang Al-Qur’an sesungguhnya adalah juga berbicara tentang pendidikan yang justru lebih utuh dan mendasar. Jika pendidikian dimaksudkan adalah untuk membawa anak manusia menjadi lebih sempurna yang dilakukan secara terus menerus dan tidak mengenal henti, maka Al-Qur’an sesungguhnya diturunkan ke bumi melalui Muhammad saw, dimaksudkan memberikan petunjuk, penjelasan, rakhmat, pembeda dan obat bagi manusia agar tidak tersesat dalam hidupnya. Artinya, dengan Al-Qur’an menjadi selamat, di dunia dan di akhirat.
Sedemikian erat hubungan antara pendidikan dan Al-Qur’an, maka terasa tidak mungkin nyampai pada sasaran jika berbicara pendidikan tanpa menyinggung Al-Qur’an. Berbicara pendidikan tanpa Al-Qur’an sama artinya berbicara tentang membangun manusia tanpa petunjuk dan arah, maka akan mengalami kesesatan. Kalau pun tokh dilakukan, akan sekedar sampai pada sisi-sisi artivak, belum menyentuh aspek laten, yang lebih substantif. Hal itu terlihat seperti yang terjadi pada saat ini, berbicara pendidikan hanya sampai pada upaya mengantarkan peserta didik menjadi berpikiran cerdas dan terampil. Selanjutnya, apakah dengan cerdas dan terampil sekaligus mereka akan berbudi pekerti luhur, adil, jujur dan peduli pada lingkungan, ternyata belum tentu. Sebab, kenyataan sehari-hari yang dapat dilihat menunjukkan bahwa tidak sedikit orang berhasil menjadi pintar lupa akan orang lain dan bahkan juga lupa pada dirinya sendiri.